Daftar Roket Antariksa yang Gagal Tuntaskan Misi 2022
MILENIALNEWS.ID – Tahun 2022 telah terlewati. Sepanjang 2022 tersebut, terdapat sejumlah roket untuk misi antariksa gagal meluncur.
Memang bukan perkara mudah untuk terbang ke luar angkasa menggunakan roket. Rumitnya aspek teknis dan mahalnya biaya membuat misi tersebut harus dilaksanakan dengan hati-hati.
Melansir CNN Indonesia pada Minggu, 1 Januari 2023, berikut sederet daftar kegagalan misi antariksa yang diderita pada 2022 dari seluruh dunia.
1. Astra asal AS
Roket dua tahap LV0008 milik perusahaan AS, Astra gagal meluncur pada 10 Februari 2022. Awalnta, roket ini ditarget melucur dari Stasiun Luar Angkasa Cape Canaveral, Florida, Amerika Serikat.
Para teknisi mendeteksi adanya masalah pada tiga menit usai penerbangan. “Itu adalah pemisahan fairing dan pemisahan panggung,” demikian diumumkan saat siaran langsung peluncuran tersebut.
Fairing tampak tidak terlepas hingga mesin tahap akhir pada roket menyala. Alhasil, dua kerucut pada bagian atas roket berputar tak terkendali. Penampakan itu bisa dilihat dari kamera yang menempel di roket tersebut.
Kegagalan ini berarti juga kehilangan empat cubesat mini di misi ELaNa 41 untuk NASA.
2. iSpace dari China
iSpace gagal meluncurkan roket Hyperbola 1 miliknya pada 13 Mei lalu dari Jiuquan Satellite Launch Center. Hal itu merupakan kegagalan keempat dari iSpace usai sebelumnya tiga kali gagal pada tahun 2021.
Perusahaan yang berada di Beijing itu mengonfirmasi roket beserta muatannya telah hilang. Pada Oktober, pihak perusahaan mengonfirmasi, kegagalan muncul dari sistem kontrol roket. Tanpa kontrol arah terhadap roket, perintah menghanrcurkan diri sendiri pun diaktifkan.
3. Kegagalan kedua Astra
Astra kembali mengalami kegagalan kedua pada 12 Juni 2022. Kegagalan itu menghancurkan dua kubus NASA TROPICS pertama yang berguna untuk mempelajari badai.
“Kami memiliki penerbangan tahap pertama. Namun mesin tahap atas mati lebih awal dan kami tidak mengirimkan muatan kami ke orbit,” kata Amanda Durk Frye manajer senior untuk tahap pertama dan produksi mesin Astra.
Hal ini adalah kegagalan kedua Astra dengan Rocket 3.3, yang mendorong perusahaan pada bulan Agustus membatalkan peluncur dan beralih ke sistem peluncuran generasi berikutnya yang disebut Rocket 4.
4. Kegagalan India
India meluncurkan roket baru bernama Small Satellite Launch Vehicle (SSLV) dari Satish Dhawan Space Center di pantai tenggara India pada 6 Agustus 2022, dengan penerbangan perdana berjalan baik untuk tahap awal.
Namun SSLV tak lama mengalami kendala pada tahap keempat. Terdapat masalah sensor yang berarti roket tahap atas gagal mengirimkan dua muatan satelitnya ke orbit yang dituju. Alhasil, SSLV tidak dapat digunakan.
“Satelit ditempatkan di orbit elips di tempat orbit melingkar,” kata ketua misi peluncuran, Somanath. Dia menjelaskan peluncuran terjauh tembus setinggi 76 kilometer. Berarti atmosfer akan sangat cepat menyeret mereka kembali lagi ke Bumi.
5. Kegagalan Blue Origin
Perusahaan penerbangan dan antariksa milik Jeff Bezos, Blue Origin juga turut merasakan kegagalan peluncuran roket suborbital New Shepard.
Sebelumnya, Blue Origin telah mendapat perhatian dengan penerbangan turis dari Situs Peluncuran Satu di Texas Barat. Blue Origin mengirim enam orang sekaligus ke Garis Karman (Karman Line) yakni batas antara atmosfer Bumi dan permulaan ruang angkasa, berjarak 100 kilometer di atas permukaan laut.
Pada Agustus, roket itu mampu membawa misi wisata keenam. Namun, dalam misi khusus sains pada 12 September, justru tidak berjalan sesuai harapan.
Terjadi masalah pada pendorong New Shepard sesaat sebelum misi mencapai ketinggian 9.000 meter. Namun sistem penyelamatan bekerja sesuai rencana usai mampu menerbangkan kapsul menjauh dan membiarkannya turun dengan aman ke Bumi dengan parasut.
Roket pun dikembalikan ke hangar, sementara FAA menyelidiki kegagalan tersebut.
6. Kegagalan misi Firefly
Perusahaan penerbangan berbasis di Malaysia, Firefly melakukan upaya peluncuran kedua roket Alpha setinggi 29 meter pada 1 Oktober 2022.
Roket lepas landas dari Pangkalan Angkatan Luar Angkasa Vandenberg California dan berhasil memasukkan tiga satelit ke orbit rendah Bumi.
Peluncuran tampaknya berjalan baik dan merupakan kebangkitan yang disambut baik. Itu setelah peluncuran pertama Firefly pada September 2021 berakhir dengan kegagalan ketika salah satu mesin tahap pertamanya mati sebelum waktunya.
Perusahaan telah menyatakan peluncuran sukses. Namun satelit yang dibawa roket ini sepertinya ditempatkan di orbit yang terlalu rendah daripada yang ditarget. Alhasil, satelit tersebut pun hancur.
Data dari U.S. Space Force’s Space-Track menyebut tiga obyek yang berkaitan dengan peluncuran itu sudah masuk kembali ke atmosfer pada 5 Oktober.
7. Skyrora asal Skotlandia
Perusahaan rintisan (startup) asal Edinburgh, Skotlandia, Skyrora adalah salah satu dari sejumlah startup peluncuran roket dari Eropa yang berencana mencapai orbit dan dengan meluncurkan kendaraan Skyrora XL-nya pada tahun 2023.
Namun perusahaan itu lebih dahulu meluncurkan roket suborbital dari pantai Islandia pada 8 Oktober lalu. Targetnya mencapai ketinggian 125 kilometer.
Sayangnya, roket yang dinamai Skylark L tidak mencapai ketinggian yang dituju. Roket akhirnya jatuh ke Laut Norwegia sekitar 500 meter dari lokasi pantai.
Upaya suborbital baru dapat dilakukan pada Q2 2023, menjelang peluncuran orbit yang direncanakan.
8. Roket Epsilon Jepang
Jepang meluncurkan roket Epsilon dari Pusat Antariksa Uchinoura pada 11 Oktober untuk misi yang dikenal sebagai Demonstrasi Teknologi Satelit Inovatif 3.
Misi itu bertujuan untuk mengamati badai geodmagnetik yang kerap melanda sebagian wilayah Jepang.
Mulanya misi peluncuran tampak baik-baik saja setelah dua tahap pertama meluncur. Tetapi siaran langsung di situs resmi menunjukkan ada masalah muncul pada saat tahap ketiga roket.
Akibatnya, pengontrol misi mengaktifkan sistem penghentian penerbangan Epsilon, yang secara otomatis menghancurkan roket tersebut.
9. Long March China
China meluncurkan roket Long March 6A keduanyaa pada 11 November 2022, dan berhasil mengirim satelit Yunhai 3 ke orbit yang dituju.
Pada saat peluncuran, semua berjalan baik-baik saja. Beberapa hari kemudian, bagian paling atas roket, yang membawa satelit itu ke orbit, hancur dan mengubahnya menjadi puing-puing.
Pada bulan Desember Long March telah hancur menjadi 350 objek yang dapat menimbulkan ancaman bagi pesawat ruang angkasa di orbit selama beberapa dekade mendatang.
Hal ini menambah ancaman yang ditimbulkan oleh puing- puing luar angkasa di orbit rendah Bumi.
Negara-negara penjelajah luar angkasa mengambil langkah-langkah untuk mencegah peristiwa ini, tetapi seperti aspek peluncuran lainnya, tidak semuanya berjalan dengan baik sepanjang waktu.
10. Roket metana pertama
Sejumlah perusahaan peluncuran komersial China bermunculan sejak 2014 ketika China membuka sektor antariksa untuk modal swasta.
Sejauh ini, perusahaan-perusahaan ini telah meluncurkan roket padat yang sederhana dan relatif kecil. Hal itu berubah pada 14 Desember ketika Landspace meluncurkan roket propelan cair Zhuque 2 dari Jiuquan, roket berbahan bakar metana pertama di dunia, mengalahkan perusahaan seperti SpaceX, Blue Origin, dan United Launch Alliance.
Namun Zhuque 2 tidak bisa mencapai orbit. Tahap pertama berjalan dengan baik, tetapi masalah yang mempengaruhi tahap kedua menyebabkan 14 satelit yang dibawanya gagal mencapai kecepatan orbit dan jatuh ke laut.
Namun misi tersebut merupakan tonggak sejarah bagi roket swasta China dengan peluncuran yang lebih cair dan dapat digunakan kembali yang akan menyusul dalam waktu dekat, menurut laporan Space.
I may need your help. I’ve been doing research on gate io recently, and I’ve tried a lot of different things. Later, I read your article, and I think your way of writing has given me some innovative ideas, thank you very much.