Nasional

Peringatan Hari Pers Nasional 2023: Sejarah dan Perkembangan Pers di Indonesia

MilenialNews.id – Tepat hari ini, Kamis, 9 Februari 2023, diperingati sebagai Hari Pers Nasional 2023. Peringatan Hari Pers Nasional juga bertepatan dengan hari lahir Persatuan Wartawan Indonesia (PWI).

Perayaan Hari Pers Nasional tahun ini mengangkat tema “Pers Bebas Demokrasi Bermartabat”. Peringatan Hari Pers Nasional tahun ini dirayakan terpusat di Medan, Sumatera Utara, dengan sejumlah kegiatan, yang digelar pada 7-12 Februari 2023.

Sejarah Hari Pers Nasional

Melansir Kompas.com, PWI mengadakan Kongres ke-16 pada 1978 di Padang, Sumatra Barat. Dalam pertemuan ini, muncul usulan untuk menetapkan 9 Februari sebagai hari lahir PWI sekaligus peringatan Hari Pers Nasional (HPN).

Awalnya, usulan tersebut tidak disetujui Presiden Soeharto. Meski begitu, Hari Pers Nasional tetap coba diperingati saat ulang tahun PWI ke-35 pada 1981.

Perayaan ini terlaksana di Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Dalam sidang ke-21 Dewan Pers di Bandung, Jawa Barat pada 19 Februari 1981, organisasi pers nasional itu menerima usulan penetapan 9 Februari sebagai Hari Pers Nasional dan akan mengajukannya ke pemerintah.

Baca juga: Milenial, Simak 5 Cara Mempersiapkan Diri Jika Terjadi Resesi

Memerlukan waktu 7 tahun hingga Presiden Soeharto menyetujui penetapan 9 Februari sebagai Hari Pers Nasional. Penetapan Hari Pers Nasional diatur dalam Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 5 Tahun 1985.

Baca juga:  Wakil Ketua DPRD Kota Tangerang Tanggapi Penggunaan RDF

Berdasarkan Keppres Nomor 5 Tahun 1985, tujuan Hari Pers Nasional dibuat, yaitu:
1. Mengembangkan kehidupan pers nasional Indonesia sebagai pers yang bebas dan bertanggung jawab berdasarkan Pancasila.
2. Mengingat sejarah dan peranan penting pers di Indonesia dalam melaksanakan pembangunan pengamalan Pancasila.

Setelah Hari Pers Nasional ditetapkan, sempat muncul penolakan dari organisasi pers lainnya. Hal ini terjadi karena hari lahir PWI yang digunakan sebagai perayaan pers nasional.

Aliansi Jurnalis Independen (AJI) dan Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) sempat mengusulkan Hari Pers Nasional ganti diperingati setiap 23 September.

Tanggal 23 September dipilih untuk mengenang kebangkitan pers nasional yang terwujud dengan pengesahan UU Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers.

Baca juga: Seminar Nasional FISIP UMT, Mahasiswa Perdalam Nilai-nilai Pancasila

Namun, sejumlah perwakilan PWI daerah menolak perubahan tersebut. Akhirnya, Hari Pers Nasional tetap diperingati setiap 9 Februari.

Sejarah perkembangan pers nasional

Pers di Indonesia bermula jauh sebelum Hari Pers Nasional ditetapkan. Riset yang dilakukan Antara (9/2/2019) menunjukkan, media massa pertama di Hindia Belanda terbit pada 1774 bernama Bataviasche Nouvelles.

Baca juga:  Musim Hujan, Anggota DPRD Kota Tangerang Tampung Aspirasi Penebangan Pohon

Penerbitan ini diprakasai langsung oleh Gubernur Jenderal Van Ishoff yang memimpin Hindia Belanda. Setelah itu, koran berbahasa Belanda terbit selama 1980-1860. Diikuti 33 koran berbahasa Melayu yang terbit hingga 1907.

Koran nasional bernama Medan Prijaji buatan anak bangsa akhirnya terbit 1907. RM Tirtoadisuryo memimpin redaksi harian ini yang dikerjakan sepenuhnya oleh orang pribumi.

Baca juga: Dirjen IKP Ajak Generasi Milenial Manfaatkan Medsos Secara Bijak

Hingga 1928, terdapat 8 koran Indonesia, 12 berbahasa China, dan 13 koran Belanda di Indonesia. Pasca 1965 dilakukan pembersihan besar-besaran media massa dan wartawan Indonesia dari Partai Komunis Indonesia. Lebih dari 300 wartawan dipecat dan 46 koran dilarang terbit.

Hari Pers Nasional resmi ditetapkan pada 1985. Kemudian, sistem penerbitan media massa yang lebih bebas mulai berlaku 1999 seiring peresmian UU Pers.

Sejarah terbentuknya PWI

Dikutip dari situs PWI (16/7/2019), cikal-bakal lembaga pers nasional dimulai dengan berdirinya Serikat Penerbit Suratkabar (SPS) secara resmi di Yogyakarta pada 8 Juni 1946.

Baca juga:  Wajib Miliki TDG, Pemkot Tangerang Lakukan Pengawasan Perizinan Gudang

SPS dan PWI sebenarnya telah beraktivitas di Indonesia sebelum itu. PWI lahir di Surakarta pada 9 Februari 1946. Namun, baru ditetapkan pada sidang ke-21 Dewan Pers di Bandung, Jawa Barat pada 19 Februari 1981.

Baca juga: Menolak Tua, Looks Tyo Nugros dan Andra Ramadhan Tidak Berubah Meski Sudah 20 Tahun Lalu

Sumanang Surjowinoto menjadi ketua PWI yang pertama didampingi Sudarjo Tjokrosisworo sebagai sekretaris. Selain keduanya, PWI memiliki 8 anggota komisi yang memimpin media massa di berbagai wilayah Indonesia, yaitu:

1. Sjamsuddin Sutan Makmur (Harian Rakjat, Jakarta),
2. B.M. Diah (Merdeka, Jakarta),
3. Abdul Rachmat Nasution (Kantor berita Antara, Jakarta),
4. Ronggodanukusumo (Suara Rakjat, Modjokerto),
5. Mohammad Kurdie (Suara Merdeka, Tasikmalaya),
6. Bambang Suprapto (Penghela Rakjat, Magelang),
7. Sudjono (Berdjuang, Malang), dan
8. Suprijo Djojosupadmo (Kedaulatan Rakjat,Yogyakarta).

PWI terbentuk bertujuan untuk merumuskan hal-ihwal persuratkabaran nasional waktu itu dan berusaha mengkoordinasikan ke dalam satu barisan pers nasional yang berisi ratusan penerbit harian dan majalah.

Sumber: Kompas.com

Follow Berita MilenialNews.id di Google News

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button