Waspada! Penyakit Jantung hingga Diatebes Serang Milenial Lebih Cepat
MILENIALNEWS.ID–Saat ini penyakit kronis juga banyak diderita generasi muda. Penyakit kronis seperti penyakit jantung, hipertensi, dan diabetes yang selama ini dijuluki sebagai “penyakit kakek-nenek” banyak ditemukan pada kaum milenial.
Seperti yang dialami Kristin Bennett yang memulai hari dengan menelan sekitar 14 suplemen dan vitamin berbeda yang dirancang untuk membantunya mencegah gejala terburuk dari penyakitnya.
Mengutip CNBC Make It, Senin (12/12/2022), Bennett mengidap multiple sclerosis, penyakit sistem saraf pusat yang sudah ditangani selama sekitar 20 tahun setelah didiagnosis pada tahun 2001. Padahal, dia baru berusia 40 per bulan lalu.
Kondisi kesehatan seperti Bennett dapat berdampak buruk, baik secara finansial maupun emosional. Sayangnya, ketika generasi milenial tertua mulai mencapai usia 40 tahun, banyak yang menemukan diri mereka menghadapi kondisi kesehatan kronis lebih dini dari generasi sebelumnya, menurut beberapa penelitian baru-baru ini.
Sekitar 44% generasi milenial yang lebih tua yang lahir antara tahun 1981 dan 1988 melaporkan telah didiagnosis dengan setidaknya satu kondisi kesehatan kronis.
“Tidak diragukan lagi” bahwa beberapa bukti yang muncul menunjukkan banyak milenial tidak sehat dari yang diperkirakan. Hipertensi, diabetes, dan obesitas mendorong banyak hal itu,” kata Dr. Georges Benjamin selaku direktur eksekutif American Public Health Association.
Benjamin, menambahkan bahwa epidemi obesitas juga mungkin menjadi salah satu akar penyebab meningkatnya tingkat hipertensi, diabetes, dan bahkan jenis kanker tertentu. Benjamin juga mengatakan bahwa penelitian menunjukkan generasi milenial jauh lebih kecil kemungkinannya untuk menjadi perokok, sehingga penyakit yang berkaitan dengan rokok menjadi lebih jarang.
Di antara generasi milenial dengan usia lebih tua yang disurvei, sakit kepala migrain, depresi berat, dan asma adalah tiga penyakit yang paling umum. Diabetes tipe 2 dan hipertensi melengkapi lima besar.
Baca juga: Mencegah Penyakit, PMI Tangerang Semprotkan Disinfektan di Lokasi Terdampak Banjir
Prevalensi penyakit ini tidak hanya memengaruhi kesehatan dan umur generasi milenial, tetapi juga rekening bank mereka. Studi menunjukkan mereka dengan setidaknya satu kondisi kronis menghabiskan dua kali lebih banyak untuk biaya perawatan kesehatan sendiri daripada mereka yang tidak memiliki masalah medis.
Mereka dengan dua masalah kesehatan kronis yang bersamaan bahkan menghabiskan biaya lima kali lebih banyak. Mereka yang berusia di bawah 65 tahun dengan penyakit sistem peredaran darah, seperti tekanan darah tinggi dan kondisi jantung, diperkirakan menghabiskan lebih dari US$ 1.500 setahun untuk biaya sendiri, menurut Kaiser Family Foundation.
Selama seumur hidup, biaya tersebut dapat bertambah – terutama jika pasien didiagnosis pada usia yang lebih muda.
Di luar pengeluaran sendiri, kaum milenial dengan kondisi kesehatan kronis juga dapat melihat pendapatan tahunan mereka berkurang sebanyak US$ 4.500 per orang karena biaya pengobatan dan bahkan pengurangan jam kerja atau kehilangan pekerjaan karena kesehatan yang buruk, menurut laporan tahun 2019 dari Moody’s Analytics yang menganalisis data dari Blue Cross Blue Shield Health.
“Pada akhirnya, jika tren ini berlanjut, Anda akan memiliki biaya perawatan kesehatan yang lebih tinggi,” kata Benjamin. “Anda akan menukar generasi baby boomer dengan generasi dengan biaya perawatan kesehatan yang lebih tinggi hanya karena inflasi normal dan fakta bahwa penyakit kronis ini ada.”
Bennett mengaku bahwa ia menghabiskan sekitar US$ 400 sebulan untuk lebih dari 20 vitamin yang berbeda, serta suplemen bubuk yang dia tambahkan ke minuman dan smoothie.
Bennett juga menemui dokter naturopati sebulan sekali, terapis pijat bila dia bisa dan mengikuti terapi fisik sesuai kebutuhan. Jenis layanan tersebut biasanya dapat mematok harga berkisar dari US$ 75 hingga US$ 150 per sesi.
Namun terlepas dari semua upaya tersebut, Bennett mulai mengalami gejolak pada tahun 2018 yang terus berlanjut akibat adanya pandemi Covid-19. Hal ini termasuk jatuh, penglihatan ganda, dan bahkan kesulitan berjalan dan berdiri untuk waktu yang lama.
Baca juga: Masalah Kesehatan yang Sering Menyerang Milenial
Namun biaya perawatan kesehatan Bennett bisa jadi jauh lebih tinggi. Selama delapan tahun setelah diagnosisnya, dia menjalani pengobatan yang, tanpa asuransi, biasanya membebani pasien antara US$ 5.000 dan US$ 50.000 setahun.
Ketika dia kehilangan pekerjaannya pada tahun 2009, Bennett menghabiskan sebagian besar tunjangan penganggurannya untuk membayar asuransi COBRA untuk memastikan dia memiliki pertanggungan untuk pengobatan dan kehamilannya.
Tetapi Bennett, sekarang menjadi ibu dari tiga anak, sudah tidak dapat memenuhi biayanya dan akhirnya berhenti minum obat resep demi pengobatan alternatif yang lebih murah.
“Saya tidak benar-benar tahu apa yang akan terjadi di masa depan,” imbuhnya. “Saya masih berharap bisa berjalan dengan baik lagi, tapi saya juga tahu itu mungkin tidak akan terjadi, dan saya mungkin membutuhkan kursi roda suatu hari nanti.”
Didiagnosis dengan MS telah memberi Bennett pola pikir bahwa segala sesuatu dapat berubah sepenuhnya pada saat tertentu.
“Saya tidak benar-benar tahu apa yang akan terjadi di masa depan,” katanya. “Saya masih berharap bisa berjalan dengan baik lagi, tetapi saya juga tahu itu mungkin tidak akan terjadi, dan saya mungkin memerlukan kursi roda suatu hari nanti.”
Sumber: CNBC Indonesia