Panennya Tak Dibayar dan Kini Dikejar Utang, Ini Kisah Petani Milenial Jabar
MilenialNews.id – Pilu dialami Rizky Anggara, pemuda Kabupaten Bandung Barat (KBB), terkait program Petani Milenial. Panennya dari program ini diakuinya tidak dibayar, dan kini dia dikejar utang.
Rizky mengatakan bahwa dirinya merupakan pemuda yang mengikuti program petani milenial yang dibanggakan Pemprov Jawa Barat (Jabar) angkatan pertama pada akhir Juli 2021.
Melansir detik.com pada Kamis, 2 Februari 2023, saat itu, dia bergabung bersama 19 pemuda lainnya dari berbagai daerah di Jabar untuk menggarap komoditas tanaman hias di wilayah Lembang, KBB.
Sejak pertama kali mengikuti program ini, masalah mulai muncul di kelompoknya Rizky. Bibit tanaman hias yang dijanjikan bakal diberikan sebanyak 300 indukan, ternyata tidak lengkap.
Rizky dan kelompoknya hanya menerima separuh indukan tanaman hias dari salah satu perusahaan yang ditunjuk Pemprov Jabar sebagai offtaker untuk program Petani Milenial.
Masalah kemudian muncul lagi. Tiga jenis tanaman hias yang digarap, yaitu Amydrium silver, Scindapsus Lucens, dan Homalomena Frog ternyata terserang penyakit.
Baca juga: Petani Milenial Jajaki Kerja Sama
Rizky sebetulnya sudah menyadari pada saat kedatangan pertamanya di lokasi garapan petani milenialnya. Namun karena sudah kepalang tanggung, hal itu ia abaikan begitu saja.
Akhirnya, separuh indukan tanaman hias yang Rizky dan kelompoknya terima harus dibabat habis, lalu dibakar karena mengalami gagal panen pada Agustus 2021. Masalah kemudian muncul lagi ketika mereka diwajibkan meneken kesepakatan peminjaman modal dengan salah satu bank.
Masih di bulan yang sama, Rizky dan 19 rekannya yang tergabung dalam kelompok petani milenial angkatan pertama ini akhirnya resmi berhutang ke bank untuk permodalan program yang mereka jalankan. Nilainya pun lumayan besar yaitu sekitar Rp 50 juta untuk satu orang.
“Ini sebetulnya kenapa saya mau meramaikan informasi ini, karena memang jujur saya kecewa dengan Pemprov Jawa Barat, khususnya Biro Perekonomian dan Dinas Tanaman Pangan dan Holtikurtura selaku pemilk programnya. Saya juga sejujurnya nggak mau, karena ada nama saya di situ. Tapi kalau misalkan nggak diginiin, mereka nggak akan pernah mau tanggung jawab,” katanya kepada detikJabar.
Meski telah resmi berutang ke bank melalui mekanisme kredit usaha rakyat (KUR) karena dibantu prosesnya oleh BUMD Jawa Barat, PT Agro Jabar sebagai avalis atau penjamin, utang itu nyatanya tidak datang dalam bentuk uang tunai kepada Rizky. Mereka mendapatkan barang untuk keperluan menjalankan program Petani Milenial dari hasil utang sekitar Rp 50 juta per orang tersebut.
Tapi masalahnya, ketika Rizky membutuhkan atap plastik UV pada Agustus 2021 untuk keperluan tanaman hias garapannya, barang itu tidak segera datang. Padahal, taman yang mereka garap terserang penyakit yang makin diperparah karena Lembang pada saat itu diguyur hujan setiap hari.
Atap plastik UV yang diminta untuk greenhouse Rizky dan kelompoknya lalu datang pada akhir Oktober 2021. Meski akhirnya bisa mulai serius melakukan budidaya, namun sayang Rizky harus kehilangan satu siklus panen akibat gagalnya tanaman yang mereka budidayakan.
Baca juga: Milenial, Simak 5 Cara Mempersiapkan Diri Jika Terjadi Resesi
Singkatnya, awal Desember 2021, Rizky dan kelompoknya mulai merasakan panen perdana. Walau hasil panennya tergolong kecil lantaran hanya mencapai 1.046 tanaman, mereka masih berbangga diri lantaran bisa panen program petani milenial di tengah banyaknya tanaman yang sedang dalam masa pemulihan.
Panen kedua kemudian terjadi pada awal Maret 2022. Itu pun setelah Rizky dan kelompoknya sembuh dari masa karantina di greenhouse setelah terpapar COVID-19. Saat itu, jumlah tanaman yang panen meningkat drastis menjadi 5.540 tanaman.
Tapi, masalah lagi-lagi datang. Perusahaan yang ditunjuk Pemprov Jabar dalam program Petani Milenial ini tidak membayar hasil panen yang Rizky dan kelompoknya kerjakan. Padahal, sesuai perjanjiannya, satu tanaman hias hasil panen itu harus dibeli dengan harga Rp 50 ribu.
“Jadi perusahaan ini, saya sebut aja inisialnya CV MI, nggak bayar hasil panen ke kita. Itu totalnya nyampe Rp 1,3 miliar dari pertama sampai kami habis kontrak di program Petani Milenial. Mereka nggak mampu buat bayar hasil panen kita,” tuturnya.
Masalah ini sempat Rizky dan kelompoknya bawa dalam rapat evaluasi pascapanen program Petani Milenial. Namun, hasilnya tetap saja nihil. Tidak ada solusi dari Pemprov Jabar yang akhirnya membuat salah satu rekan Rizky berniat mengundurkan diri.
Namun, niat tersebut akhirnya diurungkan setelah mereka mendapat janji manis hasil panennya akan dibayar. Pada pertengahan April 2022, Rizky dan kelompoknya kemudian panen kembali. Jumlahnya waktu itu jika dirupiahkan mencapai Rp 373,8 juta.
Rizky dan kelompoknya panen kembali pada awal Juli 2022. Saat itu, hasil panennya melonjak dibandingkan hasil sebelumnya. Jika dirupiahkan, angkanya mencapai Rp 618,15 juta.
Namun lagi-lagi, uang yang harusnya mereka terima dari hasil panen itu entah ke mana. Padahal niatnya, Rizky sebagai ketua kelompok di angkatan pertama Petani Milenial tersebut ingin melunasi utang KUR bank yang saat itu nilainya mencapai sekitar Rp 1,3 miliar. Kebetulan, kontrak mereka juga akan habis pada 28 Juli 2022.
Tapi, bukannya uang yang Rizky dapatkan, penanggung jawab program ini malah saling lempar kewenangan. Contohnya saat Rizky mencoba menghubungi Biro Ekonomi Setda Jabar, salah satu pejabatnya malah angkat tangan dan beralasan bahwa program itu kewenangannya ada di Dinas Tanaman Pangan dan Holtikurtura.
“Mereka ini kan pemilik program ini, kita bermasalah gara-gara program mereka. Tapi giiliran kita sekarang nama kita kotor di bank, mereka lepas tangan. Saya nge-WA pun nggak menjawab. Malah ada waktu itu menjawab dari Biro Perekonomian justru melempar ke dinas. Jadi patuding-tuding (saling tuduh), akhirnya nggak ada hasil,” keluh Rizky.
Tak hanya itu, akibat mengutang ke bank, salah satu rekan Rizky di kelompok Petani Milenial harus didatangi pegawai bank di rumahnya di Cimahi. Temannya itu hanya tinggal berdua saja bersama ibunya yang sama sekali tidak tahu-menahu tentang program petani milenial.
Baca juga: Wakil Ketua DPRD Kota Tangerang Sosialisasikan Program UMKM
Sontak, ibu dari rekan Rizky itu menjadi kaget bukan kepalang. Rizky memang bersih dari masalah perbankan lantaran sistem permodalan yang ia lakukan waktu itu dengan cara menerima pinjaman langsung dari PT Agro Jabar. Namun tetap saja, sebagai ketua kelompok, ia merasa berang karena tidak adanya pejabat yang mau turun tangan membereskan masalah tersebut.
“Siapa yang nggak kaget rumahnya didatangi pegawai bank tiba-tiba. Walaupun bukan untuk menagih, tapi kan ini udah keterlaluan. Didatangi ke rumah, sementara orang dinas masih asik dengan (program) Petani Milenial yang baru,” ungkapnya.
Rizky saat ini hanya bisa berharap Pemprov Jabar bisa turun tangan mengatasi masalah kelompok petani milenialnya yang kini memiliki utang di bank senilai Rp 1,3 miliar. Dibanding membentuk Petani Milenial baru dan membangga-banggakannya ke daerah lain, bahkan hingga ke pemerintah nasional, Rizky mendesak supaya pemprov bisa terlebih dahulu menyelesaikan masalah yang ada di kelompoknya.
“Kami meminta ke pemprov tidak lepas tanggungjawab. Saya sengaja meramaikan ini, sejauh yang saya alami satau tahun kemarin, setiap kita laporan ke atas, kalau ada masalah, dinas atau Biro Perekonomian itu selalu menyampaikan ke atasannya mereka itu baik-baik aja. Jadi dibanding bikin program Petani Milenial baru, selesaikan dulu nih masalah kami sampai kami harus terjerat utang Rp 1,3 miliar,” ucapnya.
Lihat juga: 6 Cokelat Jadul Bikin Milenial Bernostalgia
Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura Jawa Barat Dadan Hidayat mengaku tak bisa mengomentari hal tersebut. Ia menyarankan wartawan untuk mengkonfirmasi langsung hal ini kepada PT Agro Jabar yang disebutnya sebagai avalis dari program petani milenial.
“Untuk kaitan ini, saya belum bisa memberikan komentar. Karena yang paling berwenang mengklarifikasi adalah Jabar Agro (PT Agro Jabar) selaku avalis,” singkatnya melalui pesan singkat WhatsApp sembari mengirimkan emoticon tangan telungkup.
Dikonfirmasi terpisah, Kepala Biro Perekonomian Setda Jawa Barat Yuke Mauliani Septina menjelaskan dalam program petani milenial, pemprov memberikan bantuan melalui fasilitasi kerja sama permodalan dengan skema KUR. Dari hasil evaluasi pemprov, pihaknya mengakui ada kendala dalam pemasaran produk tanaman hias yang digarap kelompok Rizky tersebut.
“Terkait keluhan yang dari Petani Milenial batch 1 tersebut, dari evaluasi yang dilakukan oleh Pemprov Jabar melalui Biro Perekonomian, memang terdapat kendala pemasaran produk tanaman hias. Offtaker yang berkomitmen menyerap produk petani mengalami gagal ekspor karena pasar mereka di Eropa terdampak konflik Rusia-Ukraina, sehingga offtaker belum bisa melakukan pembayaran ke petani,” jelas Yuke.
Yuke menepis anggapan Pemprov Jabar tidak bertanggung jawab atas program Petani Milenial hingga mengakibat kelompok Rizky dikejar-kejar utang bank. Pemprov kata dia, sudah melakukan sejumlah upaya sekaligus berkomitmen mendampingi petani milenial hingga programnya tuntas.
“Terkait adanya kesan Pemprov Jabar tidak bertanggung jawab dan lepas tangan, dapat disampaikan bahwa Pemprov Jabar telah melakukan upaya-upaya penyelesaian kendala yang ada dan tetap berkomitmen mendampingi petani milenial agar mereka bisa menyelesaikan program sampai tuntas, hingga usaha pertanian mereka maju dan mandiri,” tuturnya.
“Dalam pelaksanaan program, Pemprov Jabar juga terus melakukan evaluasi dan pembenahan untuk kesinambungan petmil (petani milenial) semakin baik,” pungkasnya.
Sumber: detik.com