Metro

Hujan Es di Jakarta, Ini Penjelasan BMKG

MILENIALNEWS.ID-Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyampaikan penjelasan terkait fenomena hujan es yang terjadi di Cawang, Jakarta Timur.

BMKG menyampaikan bahwa hujan es merupakan fenomena cuaca alami yang biasa terjadi dan termasuk dalam kejadian cuaca ekstrem.

Kepala Bagian Hubungan Masyarakat BMKG Hary Tirto Djatmiko menjelaskan, hujan es disebabkan oleh adanya awan cumulonimbus (Cb).

Menurutnya, ada tiga partikel di dalam awan tersebut, yakni butir air, butir air super dingin, dan partikel es.

“Sehingga hujan lebat yang masih berupa partikel padat berupa es atau hail dapat terjadi tergantung dari pembentukan dan pertumbuhan awan cumulonimbus (Cb) tersebut,” kata Hary dinukil dari detikcom, Sabtu (17/12/2022).

Baca juga: Status Gunungapi Semeru Naik Level IV Menjadi ‘Awas’

Baca juga:  Wakil Ketua DPRD Kota Tangerang Tanggapi Penggunaan RDF

Awan cumulonimbus (Cb) itu berbentuk berlapis-lapis bak bunga kol. Awan cumulonimbus, lanjut Hary, dapat terbentuk dari dua proses, yakni strong updraft dan downdraft, dan lower freezing level.

Pertama, awan Cb dapat terbentuk karena proses pergerakan massa udara naik dan turun yang sangat kuat alias strong updraft dan downdraft. Strong updraft diketahui dapat membawa uap air naik hingga suhu udara menjadi sangat dingin dan uap air membeku menjadi partikel es.

“Partikel es dan partikel air super dingin akan bercampur dan teraduk-aduk akibat proses updraft dan downdraft hingga membentuk butiran es yang semakin membesar. Ketika butiran es sudah terlalu besar, maka pergerakan massa udara naik tersebut tidak akan mampu lagi mengangkatnya sehingga butiran es akan jatuh ke permukaan bumi menjadi hujan es,” terang Hary.

Baca juga:  Wajib Miliki TDG, Pemkot Tangerang Lakukan Pengawasan Perizinan Gudang

Kedua, awan Cb juga dapat terbentuk karena adanya lapisan tingkat pembekuan atau freezing level yang lebih rendah dari ketinggian normalnya. Freezing level ini merupakan lapisan pada ketinggian tertentu di permukaan bumi yang suhu udaranya bernilai nol derajat celcius.

Baca juga: BMKG Catat Gempa Magnitudo 5,2 Terasa di Lampung

“Pada fenomena hujan es, lapisan tingkat pembekuan atau freezing level mempunyai kecenderungan turun lebih rendah dari ketinggian normalnya. Hal inilah menyebabkan butiran es yang jatuh ke permukaan bumi tidak mencair sempurna,” jelas Hary.

“Pada ketinggian ini, butiran air umumnya akan membeku menjadi partikel es. Di Indonesia umumnya lapisan tingkat pembekuan berada pada kisaran ketinggian antara 4-5 km di atas permukaan laut,” sambungnya.

Baca juga:  Wakil Ketua DPRD Kota Tangerang Dorong Pemkot Bikin Acara Skala Nasional

Hary mengatakan hujan es bersifat sangat lokal dan biasanya berlangsung kurang dari 10 menit dengan luasan wilayah 5 hingga 10 kilometer. Hujan es ini diketahui lebih sering terjadi pada musim peralihan atau pancaroba dan sering terjadi antara siang dan sore hari.

Baca juga: Gempa Magnitudo 6,4 Guncang Garut

Hary menuturkan bahwa hujan es hanya bisa diprediksi 30 menit hingga satu jam sebelum kejadian. Dia menyebut hujan es ini kecil kemungkinannya untuk kembali terjadi di tempat sama dalam waktu yang singkat.

“Tidak bisa diprediksi secara spesifik, hanya bisa diprediksi 30 menit hingga satu jam sebelum kejadian. Jika melihat atau merasakan tanda-tandanya dengan tingkat keakuratan kurang dari 50 persen,” jelasnya.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button